Sebuah Pesan

Akhirnya aku kembali lagi. Mungkin kali ini sedikit berbeda. Aku kembali bukan lagi ke pelukan yg sama tapi ke peluk diri sendiri. 

Peluk yang mengutarakan dengan lantang bahwa diri ini masih kurang dan penuh dengan kesalahan. Peluk yang akhirnya menyadarkan bahwa diri ini perlu di sayang untuk akhirnya tidak lagi jatuh di lubang yang sama. 

Namun peluk ini juga menyadarkan, kesalahan bukan untuk di benarkan ataupun jadi alat penyiksaan, melainkan jadi titik balik pembelajaran. 

Kalau lah boleh menelanjangi diri ini dan merefleksi, dia sudah hancur lebur. Darah pun sudah tidak merah menyala tapi hitam padam penuh dengan penyesalan. 

Peluk ini hangat tapi hampa, peluk ini menghantarkan kasih tapi tanpa orang  perantara, iya kini langsung masuk dan menghangatkan diri sendiri. 

Pada akhirnya yang menjadi buah untuk di tuai adalah pendewasaan dan pelajaran.

Aku rasa selain keriting dengan rasa bersalah, diri ini perlu merayakan sedikit, apa yang harus di rakayan dari pendosa? Tentu jadi tanda tanya. 

Namu pada akhirnya baik kisah bahagia atau sedih harus ada nilai baik yang bisa di rayakan. Dan untuk ini, aku merayakan rasa sakit dan menyesal yang melahirkan pembelajaran dan versi terbaik dari diri nya dan diriku. 

Mari merayakan dan meromantisasi Kesedihan. Mari mulai membenahi dan membangun ulang pondasi, bukan untuk akhirnya kembali saling mengetuk dan saling membuka pintu yang sama. Melainkan langkah yang baik untuk membangun rumah indah yang kita saling dambakan. Entah pada akhirnya di isi dengan siapa. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

27/11/22

Curhat Ceria 2